Kecoa atau lebih dikenal dengan nama coro adalah insekta dari ordo Blattodea. Kecoa terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub. Di antara spesies yang paling terkenal adalah Kecoa Amerika (Periplaneta Americana) yang memiliki panjang 3 cm, Kecoa Jerman (Blattella Germanica) dengan panjang ±1½ cm, dan Kecoa Asia (Blattella Asahinai) dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Satu kecoa spesies baru yang hidup dikegelapan goa di Kalimantan diketahui berukuran 8-10 cm. Diduga kecoa temuan ahli zoologi LIPI Cahyo Rahmadi ini adalah kecoa terbesar yang sudah teridentifikasi.
Tidak banyak orang awam yang tahu, bahwa serangga besar ini, sudah ada di muka Bumi sejak 300 juta tahun lalu. Jadi lebih tua dari Dinosaurus. Ketika keluarga reptil raksasa Dinosaurus musnah sekitar 65 juta tahun lalu, keluarga kecoa terus bertahan hidup, hingga kini. Para ahli biologi bahkan memperkirakan, jika terjadi bencana atom di muka Bumi, salah satu makhluk hidup yang akan tetap eksis adalah kecoa. Mencengangkan, tapi juga sekaligus mengusik rasa penasaran.
Kecoa, binatang yang dianggap sebagai hama pengganggu, ternyata memiliki banyak keunggulan. Ini yang membuat Kecoa tetap eksis sejak 300 juta tahun lalu. Hal ini dikarenakan sistem senso-motorik kecoa memiliki kecepatan reaksi yang sangat mengagumkan, untuk meloloskan diri dari bahaya. Rahasianya terletak pada sistem saraf dan sistem gerak motorik kecoa. Serangga ini, dalam sejarah evolusinya yang panjang, mengembangkan dua sistem senso-motorik yang independen. Dalam arti, keduanya dapat berfungsi berbarengan, atau juga berfungsi masing-masing tanpa tergantung sistem yang lain.Selain itu kemampuan adaptasi kecoa, dalam lingkungan paling ekstrim amat mengagumkan.
Sebagai serangga, daya tahan kecoa memang mumpuni. Binatang ini mampu hidup selama sebulan tanpa kepala, sampai akhirnya mati kelaparan. Rahasianya, kecoa tidak butuh kepala untuk bernapas atau otak untuk mengontrol tubuh. Tidak ada kepala hanya sedikit mengganggu sensor dan kinerjanya. Ia bahkan tidak kehilangan darah. Persoalan utamanya tanpa kepala kecoa tak bisa makan. Karena itulah ia mati setelah satu bulan. Sebab kecoa hanya mampu bertahan hidup tanpa makan selama 30-an hari.
Kehebatan lainnya, kecoa termasuk spesies serangga "tahan pukul." Jika tidak sampai hancur atau remuk, kecoabisa menahan benturan dan mampu bertahan hidup walau menderita luka. Memang mekanisme pertahanan akan merespons pukulan dengan gerakan diam seolah mati, tapi setelah itu ia akan melarikan diri. Ketahanan tubuhnya terhadap benturan disokong oleh lapisan pelindung disekujur tubuhnya.
Kecoa juga punya sistem reproduksi yang cepat. Ia mampu menyiapkan generasi baru dalam waktu singkat. Setidaknya 40 kecoa muda bisa "dilahirkan" dalam tempo 30 hari. Artinya rata-rata satu hari akan ada satu kelahiran dari satu kecoa. Maka membasmi serangga ini hampir pasti sulit dilakukan.
Pada dasarnya kecoa punya banyak musuh. Di alam bebas, nasib kecoa akan berakhir di dalam perut burung, mamalia kecil dan hewan amfibi. Kecoa di alam liar menjadi santapan lezat banyak predator serangga. Namun di lingkungan manusia, kecoa tak punya musuh yang mematikan kecuali kita.
Karena itulah beberapa spesies kecoa yang sangat terancam di lingkungan liar akan mengungsi ke lingkungan manusia. Di sini ia berkembang biak dengan pesat, beranak-pinak dan membentuk koloni yang membuat kita bergidik jika menghitung angkanya.
Kecoa-kecoa "pengungsi" ini bahkan sudah beradaptasi sekian lama dengan pola dan kehidupan manusia. Karena kecoa termasuk serangga yang punya sistem "manajemen" yang prima melebihi semua jenis serangga lainnya. Ia melakukan pembagian kerja, mengkoordinir jalur perburuan dan lintasan, mempelajari setiap ancaman dan menentukan pembagian wilayah dalam koloninya.
Bahkan sistem tubuhnya dengan cepat bisa mengantisipasi racun pembasmi serangga. Ada fakta yang menunjukkan bahwa kecoa-kecoa yang selamat dari insektisida akan "berdamai" dengan racun yang tersisa di tubuhnya. Setelah berhasil menjinakkan racun itu, ia akan meneruskan kemampuan itu dari generasi ke generasi. Inilah yang termasuk kelompok kecoa "mutan" yang kebal terhadap racun pembasmi serangga.
Pada dasarnya kecoa punya banyak musuh. Di alam bebas, nasib kecoa akan berakhir di dalam perut burung, mamalia kecil dan hewan amfibi. Kecoa di alam liar menjadi santapan lezat banyak predator serangga. Namun di lingkungan manusia, kecoa tak punya musuh yang mematikan kecuali kita.
Karena itulah beberapa spesies kecoa yang sangat terancam di lingkungan liar akan mengungsi ke lingkungan manusia. Di sini ia berkembang biak dengan pesat, beranak-pinak dan membentuk koloni yang membuat kita bergidik jika menghitung angkanya.
Kecoa-kecoa "pengungsi" ini bahkan sudah beradaptasi sekian lama dengan pola dan kehidupan manusia. Karena kecoa termasuk serangga yang punya sistem "manajemen" yang prima melebihi semua jenis serangga lainnya. Ia melakukan pembagian kerja, mengkoordinir jalur perburuan dan lintasan, mempelajari setiap ancaman dan menentukan pembagian wilayah dalam koloninya.
Bahkan sistem tubuhnya dengan cepat bisa mengantisipasi racun pembasmi serangga. Ada fakta yang menunjukkan bahwa kecoa-kecoa yang selamat dari insektisida akan "berdamai" dengan racun yang tersisa di tubuhnya. Setelah berhasil menjinakkan racun itu, ia akan meneruskan kemampuan itu dari generasi ke generasi. Inilah yang termasuk kelompok kecoa "mutan" yang kebal terhadap racun pembasmi serangga.
Anda memiliki masalah dengan kecoa? Hubungi segera PT. TNN Indonesia - Pest Control